Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

02/06/2024 By sukaitu@gmail.com 0

RedaksiBali.com – Estonia, salah satu anggota NATO, menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana cadangan jika Ukraina jatuh ke tangan Rusia. Estonia saat ini fokus membantu Ukraina baik dengan uang maupun senjata untuk melawan invasi Rusia. Sebagaimana dilaporkan oleh BBC pada Sabtu (1/6/2024), Estonia menjadi negara garis depan yang menjaga perbatasannya dengan Sungai Narva yang berbatasan langsung dengan benteng Rusia di Ivangorod.

Komitmen Estonia dalam Mendukung Ukraina
Negara kecil Baltik ini, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, yakin bahwa jika pertempuran di Ukraina berakhir dengan kekalahan Ukraina, Presiden Vladimir Putin akan mengalihkan perhatiannya ke negara-negara Baltik seperti Estonia, berupaya mengembalikan mereka ke bawah kendali Moskwa. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, pemerintah Estonia telah mengalokasikan dana dan senjata untuk perang di Ukraina, bahkan menyumbangkan lebih dari 1 persen PDB negara mereka ke Kyiv. “Jika setiap negara NATO melakukan hal ini, Ukraina akan menang,” kata Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas.

Tantangan di Medan Perang
Namun, Ukraina menghadapi tantangan besar dengan kekurangan artileri, amunisi, pertahanan udara, dan yang terpenting, pasukan. Mereka berjuang untuk menahan kekuatan senjata Rusia, bom luncur, dan serangan infanteri massal yang sering kali mendekati tindakan bunuh diri.

Ketika ditanya tentang Rencana B Estonia jika Ukraina kalah dalam perang ini dan invasi Rusia berhasil, Perdana Menteri Kallas menegaskan, “Kami tidak mempunyai Rencana B untuk kemenangan Rusia. Karena dengan demikian kami akan berhenti fokus pada Rencana A yakni membantu Ukraina memukul mundur invasi Rusia.”

baca juga ….

Fokus pada Kemenangan Ukraina
Kallas menekankan pentingnya tetap optimis dan fokus pada kemenangan Ukraina. "Kita tidak boleh menyerah pada pesimisme. Kemenangan di Ukraina bukan hanya soal wilayah. Jika Ukraina bergabung dengan NATO, meski tanpa wilayah tertentu, maka itu adalah kemenangan karena negara itu akan ditempatkan di bawah payung NATO," jelasnya.

Profil Perdana Menteri Kaja Kallas
Kaja Kallas, yang kini berusia 46 tahun dan menjadi perdana menteri sejak 2021, adalah salah satu pemimpin paling hawkish di NATO dalam hal menumpulkan ambisi Kremlin di Eropa. Ia dikenal kontroversial dan lebih populer di luar negaranya dibandingkan di dalam negeri. Terlahir sebagai warga negara Soviet, ibu dan neneknya pernah dideportasi secara paksa ke Siberia, pengalaman yang membentuk pandangannya terhadap ancaman Rusia.

Kekhawatiran di Kalangan Internasional
Pendekatan keras Kallas terhadap Rusia telah menimbulkan kekhawatiran di beberapa kalangan, termasuk Gedung Putih, karena risiko menyeret negara-negara Barat ke dalam konflik langsung dengan Moskwa.

Estonia tetap fokus pada membantu Ukraina memukul mundur invasi Rusia tanpa mempertimbangkan rencana cadangan. Dukungan penuh Estonia terhadap Ukraina adalah upaya untuk menjaga stabilitas dan keamanan regional, serta mencegah ancaman langsung dari Rusia terhadap negara-negara Baltik.

Dengan tidak memiliki rencana B, Estonia menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia. Dukungan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Ukraina dan NATO dalam menjaga keamanan dan stabilitas di Eropa Timur.